bajalinks.com – Target pertumbuhan ekonomi Indonesia pada tahun 2026 dipatok sebesar 5,4 persen, namun analisis menunjukkan bahwa angka ini mungkin sulit dicapai. Meskipun terdapat pemulihan di dalam negeri dengan Produk Domestik Bruto (PDB) Kuartal II-2025 yang tercatat sebesar 5,12 persen, berbagai faktor eksternal dan internal dinilai akan membatasi pertumbuhan.
Josua Pardede, Chief Economist Permata Bank, memproyeksikan bahwa pertumbuhan ekonomi Indonesia pada 2026 kemungkinan akan lebih konservatif, berada di kisaran 5,0 hingga 5,1 persen. Ia mengungkapkan bahwa struktur PDB Indonesia terdiri dari konsumsi yang mendominasi (54 persen), investasi (29 persen), dan belanja pemerintah (8 persen). Dalam skenario dasar, pertumbuhan konsumsi diperkirakan berkisar 5,0 persen dengan belanja pemerintah mencapai 7-8 persen ketika realisasi APBN diperketat.
Pendorong utama pertumbuhan ekonomi di Kuartal II-2025 adalah lonjakan investasi mencapai 6,99 persen dan konsumsi rumah tangga yang relatif stabil. Peningkatan ini didukung oleh belanja modal dari pemerintah dan sektor manufaktur serta konstruksi. Josua juga mencatat perlunya penurunan suku bunga oleh Bank Indonesia menjadi 4,5 persen pada tahun 2026 untuk mendukung permintaan.
Namun, untuk mencapai target 5,4 persen, investasi harus mengalami pertumbuhan rata-rata 7-8 persen, jauh lebih tinggi dari angka yang ada saat ini. Saat ini, pengalihan fokus dari investasi pemerintah ke dorongan investasi swasta sangatlah penting, terutama dengan pertumbuhan mesin dan peralatan yang meroket di Kuartal II-2025.
Risiko eksternal seperti melemahnya indikator manufaktur global dan penurunan Purchasing Managers’ Index (PMI) Indonesia juga harus diwaspadai, karena hal tersebut dapat mempengaruhi ekspor serta harga komoditas. Ke depannya, tantangan ini perlu diatasi untuk mencapai target pertumbuhan yang diharapkan.