bajalinks.com – Likuiditas perbankan diprediksi tetap kuat menjelang tahun 2026, menandakan potensi pertumbuhan kredit yang signifikan. Ketua Umum Perhimpunan Bank Nasional (Perbanas), Hery Gunardi, menyampaikan pandangan ini dalam konferensi pers yang diselenggarakan pada Rabu, 10 Desember 2025.
Hery menjelaskan bahwa posisi likuiditas industri perbankan saat ini berada dalam kondisi “ample” atau terjaga. Hal ini dicerminkan dari rasio Loan to Deposit Ratio (LDR) yang mencapai sekitar 84%, jauh di bawah batas maksimum yang ditetapkan Otoritas Jasa Keuangan (OJK) dan Bank Indonesia sebesar 92%. “Artinya, bank memiliki dana yang cukup untuk melakukan ekspansi,” ungkapnya.
Keberhasilan ini, menurut Hery, tidak terlepas dari berbagai kebijakan yang diterapkan oleh Bank Indonesia. Di antaranya adalah relaksasi Giro Wajib Minimum (GWM), penurunan suku bunga BI rate, dan normalisasi instrumen Sekuritas Rupiah Bank Indonesia (SRBI). Kebijakan-kebijakan ini diyakini mampu mendukung perbankan dalam menekan biaya dana, sehingga mendorong pertumbuhan kredit.
Peningkatan likuiditas ini juga berpengaruh terhadap pengelolaan biaya dana perbankan, yang saat ini lebih rendah dibandingkan dengan tahun sebelumnya. Hery menekankan pentingnya peran pemerintah dan Bank Indonesia dalam menciptakan kebijakan pro-growth yang mendukung kestabilan dan pertumbuhan industri perbankan.
Secara keseluruhan, prospek industri perbankan di 2026 terlihat optimis, dengan pertumbuhan potensi kredit yang diharapkan akan melanjutkan tren positif jika kondisi likuiditas tetap terjaga.