bajalinks.com – Badan Pusat Statistik (BPS) melaporkan pertumbuhan ekonomi Indonesia mencapai 5,12 persen pada triwulan II-2025 secara tahunan. Namun, data ini mendapat sorotan dari sejumlah ekonom yang menganggapnya mencurigakan. Kejanggalan utama yang diungkap oleh Nailul Huda, Direktur Ekonomi Digital Center of Economic and Law Studies (Celios), adalah bahwa pertumbuhan tersebut lebih tinggi dibandingkan kuartal I-2025 yang hanya mencatat 4,87 persen. Pada umumnya, pertumbuhan ekonomi memuncak saat momen Lebaran, yang tahun ini jatuh pada kuartal I-2025.
Selain itu, pertumbuhan sektor industri pengolahan yang terdata 5,68 persen juga dipertanyakan. Data Purchasing Managers’ Index (PMI) menunjukkan bahwa sektor ini justru berada di bawah 50 poin selama April hingga Juni, menandakan tidak adanya ekspansi signifikan. Dikhawatirkan, kondisi ini berimplikasi pada meningkatnya jumlah pemutusan hubungan kerja (PHK), di mana pada periode Januari hingga Juni 2025, sekitar 42.385 tenaga kerja mengalami PHK, meningkat 32,19 persen dibandingkan tahun lalu.
Konsumsi rumah tangga juga turut disorot, dengan pertumbuhan 4,96 persen meski tak ada dorongan signifikan. Para ekonom menilai ketidakcocokan data pertumbuhan ekonomi dengan indikator lain menimbulkan ketidakpercayaan. Menteri Koordinator Bidang Perekonomian, Airlangga Hartarto, menanggapi sorotan ini dengan membantah adanya permainan data, dan menyatakan bahwa konsumsi rumah tangga dan investasi tetap menunjukkan pertumbuhan positif.
Pernyataan ini mengundang harapan agar BPS memberikan penjelasan lebih mendalam terkait metodologi pengumpulan data yang digunakan.