bajalinks.com – Penolakan impor base fuel atau bahan bakar tambahan di seluruh SPBU swasta menjadi sorotan utama. Keputusan ini terkait dengan standar kualitas isi konten yang tidak memenuhi spesifikasi yang dibutuhkan oleh para operator.
Dalam rapat dengar pendapat (RDP) bersama Komisi XII DPR RI pada 1 Oktober 2025, Wakil Direktur Utama PT Patra Niaga, Achmad Muchtasyar, mengungkapkan bahwa pihaknya telah bernegosiasi dengan beberapa operator SPBU swasta, termasuk PT Aneka Petroindo Raya, PT Vivo Energy Indonesia, PT ExxonMobil Lubricants Indonesia, PT AKR Corporindo, dan PT Shell Indonesia. Dari hasil negosiasi tersebut, terdapat dua SPBU yang awalnya menyatakan ketertarikan untuk membeli base fuel dari PT Pertamina, yaitu PT Vivo dan PT Aneka Petroindo Raya (APR).
Meski telah sepakat untuk membeli 40 ribu barel pada bulan September lalu, Vivo akhirnya membatalkan kesepakatan tersebut. APR pun mengalami hal yang sama, sehingga kedua SPBU tersebut tidak melanjutkan pembelian. Dalam penjelasannya, Muchtasyar menegaskan bahwa tidak ada kesepakatan yang tercapai untuk semua SPBU swasta dalam pengadaan bahan bakar tersebut.
Di sisi lain, PT Shell Indonesia juga menghadapi kendala dalam proses birokrasi internalnya, yang mengakibatkan keputusan untuk tidak melanjutkan negosiasi. Dengan demikian, stok BBM di SPBU swasta diperkirakan akan tetap terbatas hingga akhir tahun 2025, mengingat semua usaha untuk meningkatkan stok melalui jalur impor telah gagal. Kejadian ini mencerminkan tantangan yang dihadapi oleh industri BBM dalam memenuhi kebutuhan pasar, terutama di masa mendatang.